BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ilmu kalam sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran
dasar dari suatu agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk-beluk agamanya
secara mendalam, perlu mempelajari akidah yang terdapat dalam agamanya.
Mempelajari akidah/teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan
pada landasan yang kuat, yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh peredaran
zaman.
Pada
kesempatan kali ini sya sebagai penulis makalah akan membahasa tentang
pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam, namun sebelum itu sya akan sedikit
menjelaskan pengertian ilmu kalam itu sendiri..
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu Kalam
Untuk memahami sejarah pertumbuhan
dan perkembangan ilmu kalam, ada baiknya di jelaskan terlebih dahulu tentang
perkataan kalam, agar dapat memberikan pengertian yang jelas
secara ilmu, termasuk di dalamnya akan dilihat dari berbagai aspek yang melatar
belakangan kelahirannya.
Secara
harfiyah, kalam berati pembicaraan atau perkataan. Didalam
lapangan pemikiran islam, istilah kalam memiliki dua pengertian: Pertama, Sabda
Allah (The World Of God), dan kedua, ilmu Al-kalam (The Science of kalam). Jadi
secara harfiyah perkataan kalam berarti, pembicaraan atau perkatan.(Mircea hal:
231)
Setelah kita
memahami arti kalam secara harfiyah, marila kita lihat pengertian kalam secara
maknawiyah, melihat pengertian ilmu kalam dari aspek sumber, latar belakang
kemunculannya, bahwa ilmu kalam tiada lain adalah, ilmu berfikir, yang lahir
pada saat terjadinya percecokan antara penganut Islam ortodok dengan penganut Islam
baru. (Abu bakar aceh hal: 30)
2. Sejarah Pertumbuhan ilmu kalam
Sama halnya
dengan disiplin-disiplin keilmuan Islam lainnya, Ilmu Kalam juga tumbuh
beberapa abad setelah wafat Nabi. Tetapi lebih dari disiplin-disiplin keilmuan
Islam lainnya, Ilmu Kalam sangat erat terkait dengan skisme dalam Islam. Karena
itu dalam penelusurannya ke belakang, kita akan sampai kepada peristiwa pembunuhan
'Utsman Ibn 'Aff'an, Khalifah III. Peristiwa menyedihkan dalam sejarah Islam
yang sering dinamakan Al-Fitnat Al-Kubra (Fitnah Besar), sebagaimana telah
banyak dibahas, merupakan pangkal pertumbuhan masyarakat (dan agama) Islam di
berbagai bidang, khususnya bidang-bidang politik, sosial dan paham keagamaan.
Maka Ilmu Kalam sebagai suatu bentuk pengungkapan dan penalaran paham keagamaan
juga hampir secara langsung tumbuh dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu.
Sebelum
pembahasan tentang proses pertumbuhan Ilmu Kalam ini dilanjutkan, dirasa perlu
menyisipkan sedikit keterangan tentang Ilmu Kalam ('Ilm Al-Kalam), dan akan
lebih memperjelas sejarah pertumbuhannya itu sendiri. Secara harfiah, kata-kata
Arab kalam, berarti "pembicaraan". Tetapi sebagai istilah, kalam
tidaklah dimaksudkan "pembicaraan" dalam pengertian sehari-hari,
melainkan dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika.
Maka ciri utama Ilmu Kalam ialah rasionalitas atau logika. Karena kata-kata
kalam sendiri memang dimaksudkan sebagai ter jemahan kata dan istilah Yunani
logos yang juga secara harfiah berarti "pembicaraan", tapi yang dari
kata itulah terambil kata logika dan logis sebagai derivasinya. Kata Yunani
logos juga disalin ke dalam kata Arab manthiq, sehingga ilmu logika, khususnya
logika formal atau silogisme ciptaan Aristoteles dinamakan Ilmu Mantiq ('Ilm Al-Mantiq).
Maka kata Arab "manthiqi" berarti "logis".
Dari
penjelasan singkat itu dapat diketahui bahwa Ilmu Kalam amat erat kaitannya
dengan Ilmu Mantiq atau Logika. Itu, bersama dengan Falsafah secara
keseluruhan, mulai dikenal orang-orang Muslim Arab setelah mereka menaklukkan
dan kemudian bergaul dengan bangsa-bangsa yang berlatar-belakang peradaban
Yunani dan dunia pemikiran Yunani (Hellenisme). Hampir semua daerah menjadi
sasaran pembebasan (fat'h, liberation) orang-orang Muslim telah terlebih dahulu
mengalami Hellenisasi (disamping Kristenisasi). Daerah-daerah itu ialah Syria,
Irak, Mesir dan Anatolia, dengan pusat-pusat Hellenisme yang giat seperti
Damaskus, Atiokia, Harran, dan Aleksandria. Persia (Iran) pun, meski tidak
mengalami Kristenisasi (tetap beragama Majusi atau Zoroastrianisme), juga
sedikit banyak mengalami Hellenisasi, dengan Jundisapur sebagai pusat
Hellenisme Persia. Adalah untuk keperluan penalaran logis itu bahan-bahan
Yunani diperlukan. Mula-mula ialah untuk membuat penalaran logis oleh
orang-orang yang melakukan pembunuhan 'Utsman atau menyetujui pembunuhan itu.
Jika urutan
penalaran itu disederhanakan, maka kira-kira akan berjalan seperti ini: Mengapa
'Utsman boleh atau harus dibunuh? Karena ia berbuat dosa besar (berbuat tidak
adil dalam menjalankan pemerintahan) padahal berbuat dosa besar adalah
kekafiran. Dan kekafiran, apalagi kemurtadan (menjadi kafir setelah Muslim), harus
dibunuh. Mengapa perbuatan dosa besar suatu kekafiran? Karena manusia berbuat
dosa besar, seperti kekafiran, adalah sikap menentang Tuhan.
Maka harus
dibunuh! Dari jalan pikiran itu, para (bekas) pembunuh 'Utsman atau pendukung
mereka menjadi cikal-bakal kaum Qadari, yaitu mereka yang berpaham Qadariyyah,
suatu pandangan bahwa manusia mampu menentukan amal perbuatannya, maka manusia
mutlak bertanggung jawab atas segala perbuatannya itu, yang baik dan yang
buruk.
Latar
Belakang Munculnya pertumbuhan Ilmu Kalam / Ilmu Tauhid.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Ilmu Kalam / ilmu tauhid dapat dibagi
menjadi dua , yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. (Jakarta: Rajawali Pers, 1993)
A. Faktor dari dalam (intern) :
1) Sebagian orang musyrik ada yang mentuhankan
bintang-bintang sebagai sekutu Allah. hal ini ditolak dengan firman Allah surat
Al-An’am ayat 76-78.
$£Jn=sù £`y_ Ïmøn=tã ã@ø©9$# #uäu $Y6x.öqx. ( tA$s% #x»yd În1u ( !$£Jn=sù @sùr& tA$s% Iw =Ïmé& úüÎ=ÏùFy$# ÇÐÏÈ $£Jn=sù #uäu tyJs)ø9$# $ZîÎ$t/ tA$s% #x»yd În1u ( !$£Jn=sù @sùr& tA$s% ûÈõs9 öN©9 ÎTÏöku În1u úsðqà2V{ z`ÏB ÏQöqs)ø9$# tû,Îk!!$Ò9$# ÇÐÐÈ $£Jn=sù #uäu }§ôJ¤±9$# ZpxîÎ$t/ tA$s% #x»yd În1u !#x»yd çt9ò2r& ( !$£Jn=sù ôMn=sùr& tA$s% ÉQöqs)»t ÎoTÎ) ÖäüÌt/ $£JÏiB tbqä.Îô³è@ ÇÐÑÈ
Artinya :
76. ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia
berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia
berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
77. kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah
Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku
Termasuk orang yang sesat."
78. kemudian
tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang
lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai
kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
2) Ada yang mentuhan kan Nabi Isa as. Hal ini
ditolak dengan firman Allah surat Al-Maidah ayat 116.
øÎ)ur tA$s% ª!$# Ó|¤Ïè»t tûøó$# zNtótB |MRr&uä |Mù=è% Ĩ$¨Z=Ï9 ÎTräϪB$# uÍhGé&ur Èû÷üyg»s9Î) `ÏB Èbrß «!$# ( tA$s% y7oY»ysö6ß $tB ãbqä3t þÍ< ÷br& tAqè%r& $tB }§øs9 Í< @d,ysÎ/ 4 bÎ) àMZä. ¼çmçFù=è% ôs)sù ¼çmtGôJÎ=tæ 4 ãNn=÷ès? $tB Îû ÓŤøÿtR Iwur ÞOn=ôãr& $tB Îû y7Å¡øÿtR 4 y7¨RÎ) |MRr& ãN»¯=tã É>qãäóø9$# ÇÊÊÏÈ
Arinya :
116. dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera
Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku
dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau,
tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku
pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan
aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".
3) Orang-orang yang menyembah berhala. Hal ini ditolak dengan firman Allah surat Al-An’am ayat
74.
* øÎ)ur tA$s% ÞOÏdºtö/Î) ÏmÎ/L{ uy#uä äÏGs?r& $·B$uZô¹r& ºpygÏ9#uä ( þÎoTÎ) y71ur& y7tBöqs%ur Îû 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇÐÍÈ
Artinya :
74. dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata
kepada bapaknya, Aazar*, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala
sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya
aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
*Di antara mufassirin ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan Abiihi (bapaknya) ialah pamannya.
4) Golongan yang tidak percaya akan kerasulan Nabi
(Nabi Muhammad SAW. ) dan tidak percaya akan kehidupan akhirat. hal ini ditolak
dengan firman Allah surat Al-Ambiya’ ayat 104.
tPöqt ÈqôÜtR uä!$yJ¡¡9$# ÇcsÜ2 Èe@ÉfÅb¡9$# É=çGà6ù=Ï9 4 $yJx. !$tRù&yt/ tA¨rr& 9,ù=yz ¼çnßÏèR 4 #´ôãur !$oYøn=tã 4 $¯RÎ) $¨Zä. úüÎ=Ïè»sù ÇÊÉÍÈ
Artinya :
104. (yaitu)
pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas.
sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah
yang akan melaksanakannya.
5)
Golongan orang-orang yang mengatakan semua
yang terjadi di dunia ini adalah perbuatan Tuhan semuanya dan Soal politik
(Khilafah) pemimpin negara. yang dimulai ketika Rasulullah meninggal
dunia serta peristiwa terbunuhnya usman dimana antara golongan yang satu dengan
yang lain saling mengkafirkan dan menganggap golongannya yang paling benar.
B. Sebab dari luar (ekstern) yaitu:
1) Danyak diantara pemeluk-pemeluk Islam yang
mula-mula beragama yahudi, masehi dan lain-lain,
setelah fikiran mereka tenang dan sudah memegang teguh Islam , mereka mulai
mengingat-ingat agama mereka yang dulu dan dimasukkannya dalam ajaran-ajaran
Islam.
2) Golongan Islam yang dulu, terutama golongan
mu’tazilah memusatkan perhatiannya untuk penyiaran agama Islam dan membantah
alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam. mereka tidak akan bisa menghadapi
lawan-lawanya kalau mereka
sendiri tidak mengetahui pendapat-pendapat lawan-lawannya beserta
dalil-dalilnya. sehingga kaum muslimin memakai filsafat untuk menghadapi
musuh-musuhnya.
Para
mutakallimin ingin mengimbangi lawan-lawanya yang menggunakan filsafat , dengan
mempelajari logika dan filsafat dari segi ketuhanan
3. Sejarah Perkembangan ilmu kalam
Sesungguhnya dalam sejarah Islam, ilmu kalam telah muncul sejak
dini. Al-Hasan Al-Bashri telah menggunakan istilah ”kalam” untuk mengacu kepada
pembahasan tentang persoalan kebebasan manusian dan takdir, dalam konteks
pertentangan pendapat antara kaum Qaddariah dan kaum jabariah. Akan tetapi,
pembahasan rasional pertama tentang masalah itu, khususnya tentang paham
jabariah, di mulai oleh seorang rasionalis bernama jahm ibn Ashafwan yang telah
menalar prapenentuan menurut metode filsafat yunani, khususnya aristotialisme
dan neoplatonisme, dan pengembangannya menjadi paham mutlah prapenentuan
Aristoteli. (Nurcholis madjid hal:279)
Untuk membahas perkembangan ilmu kalam,
penulis mengunakan analais terhadap pemikiran teologi islam,
sebutan lain dari ilmu kalam, terutama sejak kemunculan
”formal” pemikiran-pemikiran politik dan teologi di lingkungan umat Islam awal,
sampai munculnya aliran-liran kalam berikut perkembangannya.
Dalam hal ini Asy-Ayahrastani mengatakan bahwa ilmu kalam
pada dasar nya mengalami tiga tahap perkembangan, yakni sebagai berikut:
1) Pemikiran mutakallimun pada tahap ini hanya
untuk menyangkal argumen-argumen yang di kemukakan oleh orang-orang yang baru
memeluk Islam (Islam baru), untuk embawa mereka kepada garis yang sama dengan
garis pemikiran muslim ortodoks.
2) Ilmu ini mulai mengembangkan sayap
rasionalis, dengan menitik beratkan kepada masalah kebebasan berbuat pada diri
manusia; tahap ini merupakan hsil cipta kaum Mu’tazilah.
3) Tahap terakhir, mulai muncul dan berkembang
paham skolastik (Assy’ ariah). (Muchtar Ghazali hal: 35)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat di simpulkan sebagai
berikut:
a. ilmu kalam tiada lain adalah, ilmu
berfikir, yang lahir pada saat terjadinya percecokan antara penganut Islam ortodok
dengan penganut Islam baru.
b. Latar Belakang
Munculnya pertumbuhan Ilmu Kalam / Ilmu Tauhid. Faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya Ilmu Kalam / ilmu tauhid dapat dibagi menjadi dua , yaitu
faktor dari dalam dan faktor dari luar.
c. Dalam hal ini Asy-ayahrastani mengatakan
bahwa ilmu kalam pada dasar nya mengalami tiga tahap perkembangan, yakni
sebagai berikut:
1) Pemikiran mutakallimun pada tahap ini hanya
untuk menyangkal argumen-argumen yang di kemukakan oleh orang-orang yang baru
memeluk islam (islam baru),untuk embawa mereka kepada garis yang sama dengan
garis pemikiran muslim ortodoks.
2) Ilmu ini mulai mengembangkan sayap
rasionalis, dengan menitik beratkan kepada masalah kebebasan berbuat pada diri
manusia; tahap ini merupakan hsil cipta kaum Mu’tazilah.
3) Thap terakhir, mulai muncul dan berkembang
paham skolastik (Assy’ ariah).
DAFTAR PUSTAKA
Mircea
Eliende, ed. 1987. The Encyclopedia of religion, vol. VII.
New york: Mac Millan Publishing Compani
Abu Bakar Aceh. 1996. Ilmu
ketuhanan (ilmu kalam). Jakarta: tinta Mas.
Nurcholis, Madjid.1985.Islam agama peradaban, Membangun makna
dan relevansi Doktrin islam dalam sejarah. Jakarta: Paramadina
Muchtar,Gazali,adeng.
2003. Perkembangan ilmu kalam. Bandung: Cv Pustaka Setia
Nata
Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers,
1993)
Razak.
, Abdul. Dr. M. Ag. 2003. Ilmu Kalam. Bandung :CV Pustaka Setia .
A. Nasir, Sahilun Drs. H.
1996. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. hlm.
Komentar
Posting Komentar