KIAT-KIAT
KEBERHASILAN BERWIRAUSAHA
Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas Semester IV (Empat) pada mata kuliah
“KEWIRAUSAHAAN”
Dosen :
Ernawati, M.Pd
disusun
oleh :
Kelompok
VIII
17030007
Kurniawan
MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM
INSTITUT AGAMA
ISLAM NASIONAL LAA ROIBA
SUKAHATI-CIBINONG
BOGOR
2019
DAFTAR ISI
Daftar isi ............................................................................................................................. 1
Kata pengantar .................................................................................................................... 2
Bab I...................................................................................................................................
Pendahuluan......................................................................................................................
3
1. Latar Belakang ................................................................................................. 3
2. Rumusan Masalah..............................................................................................
3
3. Tujuan ............................................................................................................... 3
Bab II..................................................................................................................................
Pembahasan ...................................................................................................................... 4
1. Mengetahui Kebutuhan Modal usaha ............................................................... 4
2. Membangun Daya Saing Melalui
Kebijakan Harga.........................................
5
3. Desain dan daya saing global ........................................................................... 5
4. Bersikap Proaktif terhadap Tren ...................................................................... 6
5. Kiat Berpromosi ............................................................................................... 7
6. Wirausaha
dan waralaba .................................................................................. 9
7. Franchising........................................................................................................
10
8. Tipe Waralaba .................................................................................................. 11
Bab III ..............................................................................................................................
Penutup ............................................................................................................................. 12
1. Kesimpulan ............................................................................................................. 12
2. Kritik & Saran ........................................................................................................ 12
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 13
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Dengan mengharapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT. Yang maha pengasih dan maha penyayang,maha
pengampun serta maha penerima taubat bagi hamba-hambaNya yang mau bertaubat dan
memohon ampunan-Nya.
Dan mudah-mudahan Allah SWT melindungi dari kesalahan
diri kami dan dari keburukan amal kami, karena siapa saja yang di sesatkan
oleh-Nya maka tidak seorangpun yang bisa memberi petunjuk baginya dan barang
siapa saja yang diberi petunjuk oleh-Nya maka tidak seorangpun dapat
menyesatkannya.
Sholawat dan salam semoga di limpahkan kepada baginda
Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah menunjukan kita ke jalan yang lurus.
Berkat Rahmat dan Hidayah-Nya serta Inayah-Nya pulalah
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini ,sebagai tugas dari
Institut Agama Islam Nasional , pada mata kuliah Kewirausahaan
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen dan semua pihak
yang membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Kami mohon kritik dan saran yang membangun apabila
ada kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Saran dan kritik dari pembaca
yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dalam pembuatan makalah
berikutnya dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semuanya. Amin yaa robbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Bogor, Februari 2019
Penyusun
Kelompok VIII
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui,
kewirausahaan merupakan komponen utama dari keberhasilan sebuah bisnis.
Para pelaku bisnis haris berani memperhitungkan dan mengambil risiko dari
setiap bisnis yang akan dilakukan. Mereka juga harus mengembangkan
kreasi-kreasi baru, inovasi-inovasi baru, untuk menerobos kekuatan paradigma
konvensional. Oleh karena itu, mengembangkan kewirausahaan menjadi unsur
yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis di tingkat mikro.
Selain itu, pada situasi mutakhir
ini, keberhasilan bisnis bukan hanya ditentukan oleh kemampuan melahirkan
ide-ide baru ataupun kepercayaan, kredibilitas yang disebut
dengan trust. Keberhasilan bisnis juga sangat didtentukan oleh
kemampuan pelaku bisnis untuk mengembangkan jaringan bisnis atau bussiness
netwroking. Jaringan bisnis ini sering juga disebut strategic
aliances, yaitu suatu kemampuan dari pelaku busnis untuk mengembangkan hubungan
keterkaitan dengan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan bagi
perkembangan bisnis bersangkutan. Dengan kata lain, mereka pun perlu
mengembangkan hubungan kerja kemitraan yang wajar.
B.
Rumusan masalah
Bagaimana memulai Wirausaha dengan
membangun daya saing melalui kebijakan harga, strategi keunggulan Biaya,
Desain, daya saing global, dan Bersikap Proaktif terhadap Tren ?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas kewirausahaan yang sudah diberikan. Selain itu,
untuk menambah wawasan kita tentang wirausaha agar dapat mendorong dan
memberanikan diri untuk menjadi wirausaha yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Mengetahui Kebutuhan Modal usaha
Sering kali kita bertanya kepada
orang yang sudah membuka usaha
“berapa sih modal yang dibutuhkan untuk membuka usaha seperti sekarang ini?” jawaban yang sering muncul adalah “ Tidak banyak, hanya sekian juta rupiah, atau sekian belas juta rupiah...,” yang pasti akan dijawab dengan sejumlah angka tertentu, namun tidak pasti.
“berapa sih modal yang dibutuhkan untuk membuka usaha seperti sekarang ini?” jawaban yang sering muncul adalah “ Tidak banyak, hanya sekian juta rupiah, atau sekian belas juta rupiah...,” yang pasti akan dijawab dengan sejumlah angka tertentu, namun tidak pasti.
Pada prinsipnya, dalam
menjalankan usaha terdapat tiga jenis modal yang diperlukan, yaitu modal
investasi awal,modal kerja, dan modal operasional.
a.
Modal Investasi Awal
Modal investasi awal adalah modal yang dierlakukan diawal
usaha, biasanya dipakai untuk jangka panjang. Contoh modal ini adalah bangunan
serta peralatan seperti komputer, kendaraan, perabitan kantor, dan
barang-barang lain yang dipakai untuk jangka panjang.
Jika memilki usaha keripik kentang, maka modal investasi awal kita
adalah bangunan untuk memasak serta alat-alat penggorengan seperti wajan dan
kompor, alat potong kentang, dan alat pembungkus. Jika kita membuka usaha toko
kelontong, maka modal investasi awal kita adalah rak, meja, bahkan
mungkin juga mesin kasir.
Biasanya, modal awal ini nilainya cukup besar karena dipakai untuk
jangka panjang, tetapi nilai dari modal investasi awal akan menyusut dari tahun
ke tahun, bahkan bisa dari bulan ke bulan. Seluruh modal awal ini seterusnya
dihitung biaya penyusutan yang dibebankan dalam biaya produksi.
Banyak cara untuk menyiasati besarnya biaya investasi. Unutk
bangunan, misalnya, kita bisa menyewa sebelum mampu membeli, atau bekerja sama
dengan pemilik bangunan yang tidak dipakai. Untuk peralatan yang nilainya cukup
besar kita dapatkan dengan sewa (leasing). Sekarang banyak perusahaan yang mau
membiayai pembelian alat-alat kerja dan kita seterusnya membayar setiap bulan
kepada perusahaan leasing. Sebagai contoh : sebagai bangunan kita
bisa menggunakan garasi atau menyewa. Misalkan untuk membeli ruko senilai 300 juta, kita dapat
menyewa dulu dengan sebesar 15 juta rupiah pertahun. Sedangkan untuk
peralatan, untuk pembelian senilai 35 juta rupiah, kita cukup membayar
sekitar 1,1 juta perbulan selama 3 tahun, melalui leasing. Dengan cara
ini, kita dapat memperkecil modalawal.
b.
Modal Kerja
Modal kerja adalah yang harus kita keluarkan untuk membeli atau
membuat barang dan jasa yang kita hasilakan. Modal kerja bisa dikeluarkan
sertiap bulan, atau setiap datang permintaan.
Sebagai contoh, jika usaha kita dapat berupa restoran, maka modal
kerja yang kita butuhkan adalah bahan untuk membeli bahan makanan. Jila usaha
kita membuat keripik kentang, maka modal kerja kita adalah modal untuk membeli
kentang,minyak, dan bumbu masak.
Prinsipnya, tanpa modal kerja kita tidak akan bisa menyelesaiikan
pembuatan barang dan jasa sesuai permintaan . jadi, tanpa modal kerja kita
tidak akan mendapatkan pembeli karena barang atau jasa tidak ada
yang dapat dihasilkan.
c.
Modal Operasional
Modal yang terakhir adalah modal operasional. Modal operasional
adalah modal yang harus dikluarkan untuk membayar biaya operasi bulanan dari
usaha kita. Contohnya, biaya untuk pembayaran gaji pegawai, telepon bulanan,
listrik, air, bahkan retribusi.
Pos-pos dalam modal opersional ini pada setiap bisnis pada umumnya
hampir sama dan kita kenal sebagai biaya tetap. Pada prinsipnya, yang dimaksud
dengan modal operasional adalah uang yang harus kita keluarkan untuk membayar
biaya diluar bisnis kita secara langsung.
2.
Membangun Daya Saing Melalui Kebijakan Harga
Kebijakan harga merupakan satu dari
unsur-unsur kunci dalam memenangkan persaingan. Kebijakan harga menentukan
keputusan konsumen: apakah membeli, beberapa banyak, dan bagaiman cara
pembeliannya.
Harga merupakan fungsi dari biaya,
setelah seluruh komponen biaya diperhitungkan, barulah dapat ditetapkanharga.
Para manajer yang berhasil menyadari betul betapa pentingnya biaya dalam
membangun keunggulan bersaing, banyak manajer yang memilih strategi keunggulan
biaya sebagai ujung tombak.
3.
Desain dan Daya Saing Global
Suatu ketika, Pusat Desain Indonesia
(PDN) bekerja sama dengan japan Design Foundation (JDF)
menyelenggarakan lokarya tentang kekuatan desain sebagai sumber untuk membangun
daya saing global. Ada dua pakar dari jepang yang diundang.
Dijepang, sistem seleksi desain atau
lebih dikenal dengan istilah G-Mark dibangun pada 1958 dan di daftarkan
secara resmi diJapan Chamber of Commerce (kadin Jepang), dan pada 1968 telah diakui
menurut undang-undang merek Dagang. Tujuannya adalah membangun daya saing
industri serta meningkatkan mutu kemakmuran rakyat melalui pengembangan desain
yang baik.
Terdapat beberapa kriteria minimum
untuk mencapai desain yang baik, antara lain:
1) Penampilan
2) Fungsi
3) Mutu
4) Kemanan
5) Kriteria lain seperti kelayakan
produksi, kelayakan harga dan sebagainya.
4.
Bersikap Proaktiv Terhadap Tren
Bagi kebanyakan orang, gelompang
pasang merupakan ancaman yang harus dihindarkan. Namun, bagi seorang pemain
selancar justru ia dapat menari-nari dengan indahnya menyambut datangnya sang
gelombang. Gelombang memang mirip tren.
“if you don’t see them coming, they
can over helm you. But if you di, and you position yourself for them, you can
prifit from them,” kata Gerald Calente, seorang trend
forecaster di AS.
Apakah yang disebut tren? Tren
adalah suatu kecendrungan yang sifatnya definitif, arah atau urutan kejadian
yang dapat diprediksi, seperti pemanasan global atau penipisan lapisan ozon.
Tren terjadi di segala aspek
kehidupan, sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Tren memang bermata dua bagi
mereka yang jeli memperhatikan dan memanfaatkannya akan dapat mencetak manfaat.
Namun, dapat menjadi malapetaka bagi mereka yang melawannya. Intinya, bagaimana
kita proaktif terhadap tren.
Mereka yang proaktif terhadap tren
dapat mengambil manfaat jauh lebih banyak dari pada mereka yang reaktif. Ada
perbedaan antara tindakan reaktif dan proaktif. Tindakan reaktif ditandai oleh
keterkejutan dan segera mencari pemecahan sesaat. Sementara proaktif adalah
dengan melakukan antisipassi ke depan dan melakukan tindakan yang searah dengan
itu. Tren haruslah diatisipasi dengan tindakan proaktif.
Dari mana datangnya tren? Dari
mana-mana. Mungkin dari atas ke bawah, mungkin juga dari bawah ke atas, dari
samping kiri ke kanan, dan dari siapa saja. Beberapa model pakaian datang
dari Eropa. Perilaku metal anak muda di AS dapat dengan capat mempengaruhi
perilaku anak muda Indonesia.
Jepang sangat berpengaruh dalam
menentukan perkembangan barang elektronik. Tren juga dapat dibentuk oleh para
pemimpin. Bill Clinton, misalnya, dulu pernah sangat mempengaruhi situasi
politik internasional. Demikian pula Mikhail Gorbachev menentukan arah
perkembangan Uni Soviet masa lalu.
Visi pembangunan di Indoneisa masa
orde Baru jelas tidak dapat dipisahkan dair visi pak Harto tentang masa depan
rakyat Indonesia. Bagaimana kita melihat tren? Bergantung pada kepedulian kita.
Seorang teman yang berprofesi
sebagai dokter hewan sedang mempelajari perilaku monyet. Umi, nama dokter hewan
itu, pergi kehutan di daerah Pangdeglang, Jawa Barat. Di sana dia menemukan
banyak sekali monyet, tetapi tidak menemukan kodok. Lantas dia berkomentar
bahwa hutan di pandeglang tidak ada kodoknya.
Suatu hari ada teman lain, seorang
sarjana peternakan, namanya Teguh Budiana. Ia mengajak Umi berjalan-jalan ke
hutan Pandeglang mencari kodok. Baru beberapa langkah masuk hutan mereka sudah
menemukan kodok. Beberapa langkah kemudian mereka menemukan lima ekor kodok.
Tidak sampai dua ratus meter berjalan, mereka telah menemukan lima puluh ekor
kodok.
Umi bingung, dan bertanya mengapa
dia tidak menemukan seekor kodok pun sebelumnya. Jawabannya sangat singkat;
pada waktu itu ia tidak sedang mencari kodok, tetapi mencari monyet. Itulah
yang disebut search image.
Jika search
image anda adalah monyet, anda akan tahu banyak hal tentang monyet.
Jika search image anda adalah kodok, berbagai bentuk dan jenis kodok akan
bermunculan di kepala anda. Dan jika search image anda adalah tren, anda akan
melihat banyak tren di sekitar anda.
5.
Kiat Berpromosi
Pengusaha kecil umumnya menganggap
promosi sebagai barang mewah. Promosi hanya boleh dilakukan jika seluruh
kewajiban pembayaran lain telah dipenuhi. Bahkan, meski terjadi surplus
anggaran, mereka sangat enggan melakukan promosi. Pengusaha besar berkeyakinan
bahwa promosi adalah bagian dari nyawanya. Mereka belanja miliaran rupiah hanya
untuk menayangkan beberapa detik produknya di layar TV.
Sebenarnya, promosi tak mengenal
besar kecilnya perusahaan dan kekuatuan pasar. Perusahaan apa pun memerlukan
promosi, namun caranya berbeda-beda, bergantung pada kapabilitas masing-masing.
Ada kesan bahwa jika bicara promosi, kita membayangkan suatu tayangan klip yang
ada di TV, termuat di surat kabar, terdengar di radio, atau berupa bollboard
dan baliho. Wajar apabila promosi terkesan mewah dan mahal.
Promosi, dalam pengertian luas,
merupakan suatu bentuk komunikasi persuasif – dirancang memberikan informasi
tentang barang dan jasa yang diharapkan dapat mempengaruhi konsumen untuk
membeli barang dan jasa tersebut. Bentuknya antara lain, publikasi, promosi
penjualan, promosi perorangan, dan termasuk didalamnya promosi iklan. Publikasi
adalah berita-berita komersial yang diliputi media massa harus membayar. Ketika
seorang menteri membicarakan Es Teller 77 sebagai satu
contoh franchise di Indonesia, hal itu merupakan publikasi bagi Es
Teller 77, dan dia tidak perlu membayar (tulisan saya ini termasuk publikasi
bagi Es Teller 77). Akan tetapi, dampaknya Es Teller 77 menjadi terkenal dan
banyak konsumen yang penasaran ingin mencicipi kelezatannya.
Promosi penjualan meliputi bebagai
teknik untuk mempengaruhi kemauan beli konsumen. Koran yang saya terima setiap
pagi sering diselipi brosur-brosur seperti mengenalkan toko beras yang baru
dibuka yang memberikan layanan pengiriman dari rumah ke rumah. Cara ini sangat
efektif dan biayanya sangat murah. Promosi perorangan dilakukan lebih pribadi.
Kontak antara staf penjualan dan calon langganan sangat diperlukan.
Ibu-ibu biasanya mengusir kedatangan para salesgirl yang akan menawarkan
produk. Akan tetapi, perusahaan tidak kekurangn akal. Ibu-ibu menjadi sangat
ramah menerima salaesman yang datang dengan aneka hadiah, Berapapun, suatu
usaha kecil perlu membuat perencanaan promosi. langkah pertama,
merumuskan tujuan yang spesifik dan sejauh mungkin dapat dikuru. Langkah
berikutnya, menetapkan hubungan antara perusahaan dan calon pelanggan.
Ada beberapa peryanyaan yang dapat
membantu merumuskan hal tersebut. Apakan ladang bisnis anda? Citra apa yang
ingin dibangun? Siapakah calon pelanggan anda dan bagaimana ciri-ciri dan
sifat-sifat mereka? Dimana mereka paling mudah dapat ditemui? Apa sebenarnya
yang dapat mereka beli dari perusahaan anda? Apa manfaat yang dapat mereka
peroleh jika mereka membeli barang dan jasa anda? Jenis promosi apa yang
dilakukan oleh para pesaing anda? Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu
memahami hubungan antara bisnis anda dan profil calon pelanggan. Dari sana akan
ditentukan pilihan atas jenis dan langkah promosi yang mesti dilakukan.
Langkah berikutnya adalah pemilihan
media. Pemilihan yang tepat akan mentukan efektivitas penyampaian pesan dan
biaya yang murah. Surat kabar merupakaan media paling umum untuk berpromosi.
Ada beberapa keuntungan memanfaatkan surat kabar, di antaranya memiliki pangsa
pembaca tertentu baik secara geografis maupun kelompok pembaca, dapat dilakukan
berbagai perusahan setiap saat (bentuk maupun jenis koran yang diinginkan),
hemat waktu (sebab negosiasi pemuatan iklan disurat kabar sangat cepat),
jangkauan yang luas (karena dibaca masyarakat luas), biaya relatif murah
(kecuali untuk beberapa surat kabar), biasanya iklan koran cepat menarik
respons calon pelanggan.
6.
Wirausaha dan Waralaba
Waralaba
(franchising) merupakan salah satu cara bisnis yang tumbuh sangat pesat
pada tahun 1990-an.
Waralaba menjadi populer karena kemampuannya memberika kesempatan bagi calon
wirausaha baru yang tak punya pengalaman untuk menjalankan suatu usaha
dengan tingkat keberhasilan tinggi. Oleh karena itu, waralaba diakui sebagai
salah satu cara yang cukup efektif untuk mengembangkan kewirausahaan.
Perkembangan waralaba belakangan ini
sangat fenomenal, lebih dari sekedar praktik konvensional yang terjadi pada
keagenan kendaraan bermotor, atau restoran makanan cepat saji (fast food).
Melalui waralaba, konsumen dapat membeli, misalnya di negara maju, jasa
pembantu rumah tangga daru perusahaan pengarah tenga pembantu keamanan.
Waralaba adalah suatu cara melalukan
kegiatan usaha yang didasarkan pada hubungan yang berkesinambungan antara
pemberi waralaba (franchisor) dengan penerima waralana (franchisee). Hubungan
ini meliput sistem distribusi, di mana seorang penerima waralaba diperkenakan
mengelola usahanya sendiri supaya dapat memanfaatkan sistem distribusi milik
pemberi waralaba.
Sering dijumpai pula seorang
penerima waralaba memperoleh hal eksklusif atau lisensi untuk memasarkan dan
mendistribusikan barang dan jasa milik pemberi waralaba, menentukan cara
penjualan, prestasi standar yang harus di penuhi, mutu pelayanan, dan ketentuan
lain yang harus ditaati bagi penerima waralaba.
Ada tiga tipe sistem bisnis
waralaba, yaitu:
1)
Trenmark bran name franchising;
2)
Product distribution franchising;
3)
Pure franchising (business format franchising).
Tipe pertama,
penerima waralaba membeli hak atau mendapat lisensi untuk memproduksi barang
dan jasa, menggunakan nama dagang milik pemberi waralaba. Dalam hal ini,
penerima waralaba tidak secara khusus memperoleh hak-hak pemanfaatan jalur
distribusi milik pemberi waralaba. Tipe ini banyak dilakukan misalnya dalam
industri produk pakaian terkenal yang kemudian diproduksikan di dalam negeri.
Tipe kedua,
penerima waralaba memperoleh hak untuk memasarkan barang dan jasa pemberi
waralaba. Tipe ini banyak dilakukan, misalnya, untuk produk-produkt otomotif,
minuman ringan, barang-barang kosmetik dan lain-lain.
Tipe ketiga,
waralaba murni, pemberi waralaba menyediakan format waralaba yang lengkap,
mulai dari pemanfaatan merek dagang barang dan jasa untuk dijual, perangkat
manajemen, pengawasan mutu, jalur distribusi, dan berbagai pelayanan lain. Tipe
ini banyak berkembang, misalnya, pada industri restoran cepat saji, usaha jasa
pendidikan, penyewaan mobil, penjualan rumah, dan jasa pelayanan lain. Tipe
ketiga ini paling banyak berkembang saat ini.
Permasalahan
utama dalam usaha waralaba di indonesia adalah posisi pengusaha Indonesia yang
umumnya hanya berstatus sebagai penerima waralaba. Secara makri ekonomi, hal
itu tentu tidak menguntungkan, karena lebih banyak valuta asing mengalir ke
luar negeri bagi penerima waralaba untuk membeli peralatan dan bahan baku yang
berasal dari pemberi waralaba. Pada sisi lain, masuknya waralaba asing juga
memperketat persaingan di dalam negeri untuk industri yang sama.
Dimasa
mendatang arus masuknya waralaba asing ke Indonesia tampaknya masih akan terus
berlangsung. Ada bebrapa faktor pendorong, pertama, jumlah populasi lebih
dari 200 juta
merupakan potensi pasar yang selalu menjadi incaran pemberi waralaba asing.
Kedua, pertumbuhan ekonomi kita akan tetang tinggi, yang pada giliriannya akan
menumbuhkan kelas mengengah baru dengan daya beli dan selera konsumsi semakin
baik. Ketiga, akibat efek demonstrasi pola konsumsi negara-negara maju yang
kemudian ditiru masyarkat Indonesia. Keempat, waralaba akan menjadi strategi
bisnis andalan bagi perusahaan-perusahaan besar di negara maju, karena itu
mereka akan mengembangkan berbagai cara agar menembus pasar di negara-negara
lain. Kelima, sistem perdagangan yang semakin terbuka (kesepakatanWorld Trade
Organization atau WTO) mengharuskan kita untuk semakin terbuka pasar
domestik atas produk-produk asing.
Dengan
faktor-faktor diatas, tampaknya tidak akan mudah untuk menahan kehadiran
waralaba asing di Indonesia. Jadi, jalan terbaik bagi Indonesia adalah
menigkatkan upaya pendidikan dan membimbing bagi para pengusaha tentang
berbagai seluk-beluk usaha waralaba, agar tidak menjadi sapi perah pemilik
waralaba asing. Pada saat yang sama, perlu untuk mendorong dan mengupayakan
agar pengusaha Indonesia dapat berkembang menjadi pemberi waralaba, mula-mula
di tingkat domestik kemudian melebar hingga tingkat internasional.
7.
“Franchising”: Cara Bisnis Yang Enak dan Menguntungkan
Franchising merupakan cara
bisnis yang tumbuh sangat pesat pada tahun 1990-an.
Konon, di negara maju ia banyak di puji karena membidani kelahiran usahawan
baru.
Mengapa? Ini kerena ia diakui tleah
menolong para calon wirausahawan yang belum memiliki pengalaman bisnis untuk
dapat memulai usanya dengan pluan keberhasilan yang tinggi.
Di
Indonesia, Franchising memang masih merupakan cara bisnis baru,
kendati dalam banyak kasus telah diperkenalkan. Menurut satu sumber, kini
terdapat lebih dari 122 franchisor
dan 691 franshisee
di Indonesia. Masih sangat sedikit, namun secara
konsepsionalfranchising haruslah diperhitungkan sebagai pendekatan yang
cukup penting dalam upaya menumbuhkan wirahusahawan baru di Indonesia.
Lantas, apakah sebenarnya franchising itu?
Esensi franchising adalah suatu cara dalam berbisnis yang didasarkan atas
hubungan berkesinambungan antara perusahaan induk (franchisor) dengan
perusahaan bimbingan (franchisee).
Frenchisee memperoleh hak atau
lisensi khusus untuk mendistribusikan barang dan jasa perusahaan induk,
[ada suatu wilayah tertentu. Franchisor mengarahkan tata cara melakukan bisnis,
standar mutu dan kinerja yang harus dipenuhi franchisee. Untuk itu franchisee
wajib membayar sejumlah fee tertentu kepada franchisor.
8.
Tipe Waralaba
Terdapat tiga tipe waralaba, yaitu:
franchising yang bersumber dari merek dagang (trade mark franchising);
franchising yang bersumber dari keunggulan distribusi (product distribution
franchising); dan franchising murni (pure franchising).
Dalam tipe merek dagang, franchisee
membeli hak merek dagang dari suatu perusahaan tanpa disertai hak-hak eksklisif
dalam distribusi. Tipe ini banyak Berkembang dalam produk-produk seperti
kendaraan bermotor, gasolin, minuman ringan, kosmetik dan produk keperluan
rumah tangga.
Franchising distribusi dicirikan
oleh hak eksklusif yang diberikan oleh franchisor kepada franchisee untuk
memanfaatkan saluran distribusi serta identitas franchisor. Tipe ini belakangan
kurang berkembang akibat perkembangan pasar yang sangat pesat.
Tipe yang berkembang sangat pesat
belakangan ini adalah franchising murni. Dalam franchising murni, franchisee memperoleh
hak-hak format bisnis menyeluruh meliputi: izin menggunkan mereke dagang,
barang dan jasa yang diperjual-belikan, pendirian pabrik secara fisik, metode
operasi, menajemen perusahaan, strategi pemasaran, pengendalian mutu,
pelatihan dan konsultasi, serta bebagai jasa layanan lain sampai bisnis
berjalan baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada prinsipnya, dalam menjalankan usaha terdapat tiga jenis
modal yang diperlukan, yaitu modal investasi awal,modal kerja, dan modal
operasional.
Sebenarnya, promosi tak mengenal besar kecilnya perusahaan dan
kekuatuan pasar. Perusahaan apa pun memerlukan promosi, namun caranya
berbeda-beda, bergantung pada kapabilitas masing-masing.
Terdapat beberapa kriteria minimum untuk mencapai desain yang
baik yaitu penampilan, fungsi, mutu, keamanan, kelayakan produksi,
kelayakan harga dan sebagainya.
B.
Kritik & Saran
Demikian
makalah sederhana ini kami buat terima kasih kepada para pembaca yang telah
menelaah isi makalah ini yang tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Karena kekurangannya pengetahuan dan bahan rujukan yang ada
hubunganya dengan judul makalah ini.
Kami mengharap saran dan kritikan yang
membangun dari pembaca untuk sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pribadi dan umumnya bagi para pembaca yang di rahmati
Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Iwantono Sutrisno. 2001. “Kiat
Sukses Berwirausaha.” Jakarta: Grasindo
Yusuf, Pawit M. 2012. “Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi, Pendidikan
dan Perpustakaan”. Jakarta : Rajawali Pers.
Hasibuan, Malayu, “Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah”
PT Bumi Aksara: Jakarta, 2005.
Siswanto, HB.Dr. “Pengantar manajemen”¸ Jakarta:Bumi Aksara
2007.
Marus
Suti, “Jurnal Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan”,
Volume 3, Nomor 2,Oktober 2011
Ebook Andhi. ayo berwirausaha. http://Profit.Blogspot.com
Haryanti Dewi Maesari, Rahayu Sri, Dkk. “Berani Jadi Wirausaha Sosial.”
PT. Bank DBS Indonesia, 2016
Suryadi Edi, “Mengembangkan kemampuan berkomunikasi” Universitas
pendidikan Indonesia : Bandung
Komentar
Posting Komentar